
Paywatch
Wednesday, February 26, 2025
10 Alasan Karyawan Resign yang Sering Terjadi dan Bagaimana Mencegahnya

Alasan karyawan resign seringkali menjadi tantangan besar bagi departemen HR, terutama ketika perusahaan beroperasi di wilayah Jakarta, Bogor, Karawang, Subang, dan sekitarnya. Mengetahui alasan karyawan resign adalah langkah awal untuk merancang strategi retensi yang efektif.
Dalam artikel ini, kami mengajak Anda untuk menggali 10 penyebab utama karyawan mengundurkan diri dan bagaimana mencegahnya agar tim Anda tetap solid dan produktif. Mari telusuri lebih lanjut!
10 Alasan Karyawan Resign yang Sering Terjadi
Sebelum merancang strategi retensi, penting untuk memahami secara mendalam alasan karyawan resign. Berdasarkan data Jakpat (periode 9–12 Februari 2024), berikut uraian lengkap dari setiap faktor:
1. Gaji Kurang Memuaskan (41%)
Meskipun gaji bukan satu‑satunya faktor, ketidaksesuaian antara beban kerja dan kompensasi finansial adalah pemicu utama. Untuk karyawan low income dan middle income, perbedaan sekecil apa pun antara penghasilan dan kebutuhan harian (seperti obat, listrik, air) akan dirasakan sangat signifikan. Akibatnya, mereka mulai mencari peluang di perusahaan lain yang menawarkan paket gaji dan tunjangan lebih kompetitif.
2. Mendapat Tawaran Pekerjaan yang Lebih Baik (27%)
Di pasar tenaga kerja yang dinamis, talenta terbaik sering menerima headhunter atau tawaran langsung dari perusahaan lain. Tawaran tersebut bisa berupa gaji dasar lebih tinggi, bonus kinerja, asuransi kesehatan keluarga, atau fasilitas lain, semua hal ini menarik perhatian karyawan yang merasa belum “cukup” di tempatnya sekarang. Perusahaan perlu proaktif melakukan survei pasar untuk mengetahui standar paket kompensasi industri.
3. Beban Kerja Terlalu Berat (26%)
Overload kerja tanpa dukungan (misalnya tenaga tambahan atau teknologi yang memadai) menyebabkan tim cepat kelelahan. Dampak jangka panjangnya meliputi menurunnya produktivitas, potensi burnout, bahkan masalah kesehatan fisik. Bila manajemen tidak menerapkan sistem monitoring workload dan redistribusi tugas, karyawan akhirnya memilih berhenti demi menjaga keseimbangan hidup.
4. Merasa Tidak Diapresiasi (26%)
Pengakuan, baik formal (bonus, sertifikat) maupun informal (pujian langsung), adalah “bahan bakar” motivasi. Ketika pencapaian kerja diabaikan atau hanya dianggap hal biasa, karyawan kehilangan semangat untuk memberi yang terbaik. Lingkungan yang menghargai upaya kecil pun bisa membuat perbedaan besar dalam retensi.
5. Ingin Menjelajahi Jenis Pekerjaan Lain (26%)
Rasa ingin tahu dan keinginan mengembangkan diri mendorong karyawan mengeksplorasi bidang baru—apakah terkait pemasaran, teknologi, atau fungsi lain. Tanpa kesempatan job rotation atau proyek kolaborasi lintas divisi, mereka merasa terkurung dan memutuskan resign untuk mencari pengalaman yang lebih kaya.
6. Tidak Memiliki Jalur Karier (25%)
Karyawan memerlukan “peta jalan” karier: langkah‑langkah promosi, kualifikasi yang dibutuhkan, dan waktu estimasi pencapaiannya. Tanpa peta ini, mereka sulit memproyeksikan perkembangan diri di perusahaan. Akhirnya, mereka mencari organisasi lain yang lebih transparan dalam pengembangan karier.
7. Lingkungan Kerja Toxic (23%)
Kultur negatif—seperti gosip, diskriminasi, atau tekanan kompetisi berlebihan—mengikis semangat tim. Efeknya adalah turunnya kepuasan kerja, meningkatnya konflik antara anggota tim, dan akhirnya keputusan karyawan untuk pindah demi kesehatan mental dan emosional.
8. Kontrak Kerja Sudah Habis (23%)
Bagi karyawan kontrak, habisnya masa kerja adalah momen refleksi. Jika kondisi saat ini tidak memuaskan (kompensasi, apresiasi, ataupun prospek tetap), mereka lebih memilih mencari kontrak baru di tempat lain daripada memperpanjang kontrak yang sama.
9. Bosan (21%)
Tugas sehari‑hari yang monoton tanpa adanya inovasi atau tantangan baru menimbulkan kejenuhan. Karyawan bosan akan kehilangan fokus dan kreativitas, kemudian memutuskan resign agar bisa menemukan pekerjaan yang lebih variatif dan menantang.
10. Tidak Cocok dengan Atasan (20%)
Gaya kepemimpinan atasan—apakah terlalu otoriter, komunikasinya buruk, atau ekspektasinya tidak realistis—sangat memengaruhi kenyamanan kerja. Hubungan kerja yang tidak harmonis sering membuat karyawan merasa tidak didengar atau dihargai, sehingga memilih berhenti demi mencari budaya manajerial yang lebih sesuai.
Strategi Mencegah Karyawan Resign
Memahami alasan karyawan resign adalah separuh jalan; selanjutnya, Anda perlu menerapkan strategi pencegahan yang tepat. Berikut 10 langkah praktis untuk mengurangi turnover:
1. Review dan Sesuaikan Struktur Gaji
Lakukan survei gaji pasar secara berkala untuk memastikan paket kompensasi Anda kompetitif. Tambahkan tunjangan khusus bagi karyawan yang memiliki kebutuhan darurat (misalnya bantuan biaya obat) tanpa mengubah model pinjaman.
2. Career Pathing yang Jelas
Buat peta karier dan individual development plan untuk setiap karyawan. Dengan jalur promosi dan pelatihan yang terstruktur, mereka akan merasa ada masa depan di perusahaan.
3. Workload Management
Gunakan tools perencanaan proyek untuk memonitor beban kerja. Pastikan distribusi tugas merata dan adakan sesi check-in mingguan agar karyawan tidak merasa terbebani sendirian.
4. Program Apresiasi dan Reward
Terapkan penghargaan rutin—baik non-finansial (sertifikat, pujian di depan tim) maupun finansial (bonus kecil, voucher). Pengakuan sederhana dapat meningkatkan loyalitas.
5. Rotasi Tugas dan Job Enrichment
Berikan kesempatan karyawan mencoba proyek atau peran baru dalam durasi tertentu. Ini mengatasi kebosanan dan menambah keterampilan mereka.
6. Kultur Kerja Positif
Bangun nilai-nilai inklusif dan komunikatif. Ajak tim berdiskusi terbuka, adakan team building, serta tegas menindak perilaku toxic.
7. Dukungan HR Shift ke Pendekatan Empatik
Latih tim HR untuk mengenali tanda-tanda stres atau ketidakpuasan. Sediakan sesi coaching atau konseling internal secara berkala.
8. Perpanjangan Kontrak Lebih Awal
Untuk kontrak kerja, informasikan niat perpanjangan minimal satu bulan sebelum masa habis. Ini memberi kepastian bagi karyawan kontrak.
9. Pelatihan dan Pengembangan Berkelanjutan
Sediakan anggaran training, webinar, atau kursus online. Karyawan yang mendapat investasi pengembangan diri cenderung merasa dihargai.
10. Coaching untuk Manajer
Latih pimpinan lini tentang gaya kepemimpinan situasional dan teknik komunikasi efektif. Manajer yang baik akan mampu membangun hubungan positif dengan bawahannya.
Mengetahui dan memahami alasan karyawan resign merupakan kunci agar Anda, sebagai HR manager, dapat menyusun strategi retensi yang tepat. Dari penyesuaian gaji hingga pembinaan budaya kerja positif, masing‑masing strategi di atas dirancang untuk membuat karyawan merasa dihargai, terdorong, dan terikat secara emosional dengan perusahaan. Dengan begitu, risiko resign dapat ditekan seminimal mungkin, meningkatkan stabilitas tim dan produktivitas organisasi.
Optimalkan Manfaat Finansial Karyawan Anda dengan Paywatch Indonesia!
Dalam menjaga kesejahteraan finansial karyawan yang mungkin menghadapi kebutuhan mendesak, solusi inovatif sangat diperlukan. Paywatch Indonesia hadir sebagai layanan EWA (Earned Wage Access) yang shariah compliant dan didukung oleh lembaga keuangan tepercaya.
Dengan Paywatch Indonesia, karyawan dapat mengakses sebagian gaji mereka lebih awal sesuai kebutuhan, tanpa menunggu tanggal gajian. Manfaat ini akan mengurangi stres finansial, meningkatkan fokus dan kinerja di kantor.
Jadikan Paywatch Indonesia bagian dari program kesejahteraan karyawan Anda untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih tenang, produktif, dan berkelanjutan!
Share
HR
The future of HR is flexible.
Let us help you now.
Ready to better recruitment, engagement and retention with zero disruption to your existing payroll? Let’s work together
